Look at my mustache?
2 silent reader[s] | +FOLLOW | DASHBOARD.



<$BlogItemTitle$>
<$BlogDateHeaderDate$> | ><$BlogItemCommentCount$> comment(s)
<$blogitembody$>



>Older Post . >Newer Post

Wednesday, April 4, 2012

pusi untuk mamahku tersayang

Mamah, di saat seharusnya kau beristirahat dan menikmati apa yang telah kau usahakan
Petaka itu datang, Ia pergi, meninggalkan tanggung jawabnya mencari kesenangan pribadi
Kau jatuh dan sakit, kutahu itu. Kau perih dan nelangsa aku juga tahu itu.
Namun aku juga tahu, kau wanita yang tegar dan kuat, bak beringin, menjulang dan kokoh bak kelapa.


Kau terima segala beban yang ditinggalkannya
dengan penuh rasa sabar.
Kau tetap usahakan setiap kebutuhan utama
maupun sampingan bagi putra-putramu terpenuhi
Kau usahakan dengan setiap tetes keringatmu dan jerih payahmu.

Kini kau tak muda lagi Mamah, nyeri sendi terus menerus menyerangmu.
Kau mengeluh tentang nyeri sendi,
namun kau tak pernah mengeluh untuk memenuhi kebutuhan anak-anakmu.

Biaya sekolah yang sedemikian mahal, internet bulanan yang selalu menuntut bayaran
Tak kau pedulikan, asalkan putramu dapat berkembang dan maju.

Kini kau tak muda lagi Mamah.
Di saat wanita yang lain sibuk merawat kecantikan
Kau sibuk merawat putra-putramu.
Memberikan nasihat bagaimana tegar menghadapi kejamnya manusia dan kerasnya kehidupan

Bagaikan air yang terus mengalir, demikian pula kasihmu Mamah
Jikalau mereka berkata surga berada di telapak kaki ibu,
maka bagiku kau lah surga itu sendiri
Karena di dadamu aku merasa tenang, dan dalam jiwamu aku merasa terpenuhi

Jika mereka berkata kasih ibu sepanjang jalan,
Maka bagiku kasihmu tak terukur, karena dirimulah kasih itu
Engkaulah perwujudan Rahman dan Rahiim Ilahi di muka bumi

Karena engkaulah seluruh malaikat syurga dan pemikul Arasy Tuhan menitikkan air mata
Karena doamulah seluruh alam bergetar mengalunkan pujian dan rintihan,

Mamah, teruslah hidup, biarkan tanganku yang pernah kau basuh membasuh kakimu,
Biarkan bibir yang dulu kau suapi, mencium lututmu
Dan biarkan mata yang dulu kau urapi menangis karena tak dapat membayar semua kasihmu.

Mamah, walaupun seisi dunia ini kuboyong ke hadapanmu, tiada sedikitpun dapat membayar kasihmu yang kau limpahkan untuk merawat diriku ini.
Maka, biarkanlah aku memohon Kepada pemilik seluruh jiwa kita,

Wahai Tuhan penjaga setiap makhluk,
Jagalah Mamah
Sebagaimana ia menjagaku
Sewaktu kecil, hingga besar kini
Wahai Tuhan Maha pemberi kasih Pelimpah Sayang
Kasihi dan sayangi Mamah
Sebagaimana ia mengasihiku
Dikala aku lemah hingga aku kuat kini
Wahai Tuhan pemilik segenap Jiwa,
Jikalau nanti sudah waktunya Mamah, engkau panggil kembali ke hadiratmu,
Maka kumohon panggillah ia dengan kata-kata,
Wahai Jiwa yang tenang,
kembalilah kepada pemilikmu,
dengan hati yang lapang penuh sukacita serta rasa ikhlas dan ridha,
dan berjalanlah bersama mereka yang aku kasihi,
dan nikmatilah kasih sayangku yang abadi.

No comments:

Post a Comment