Biarkan Kita Menjadi Cerita
tenang.. rumah ini udah siap
pakai kok” ucap papa Gea seakan tahu apa yang sedang Gea fikirkan ketika
melihat rumah barunya.
“oh..” jawab Gea ber-oh pendek
Ya, hari ini adalah hari pertama
Gea di lingkungan hidup yang baru, Tenggarong. Dulunya, bukan dulu. Mungkin,
kemarin, Gea masih tinggal di Jakarta. Tepatnya Jakarta Timur. Gea pindah
ketempat ini karena tuntutan pekerjaan orang tuanya. Jadi mau tidak mau Gea
harus mengikuti orang tuanya kesini. Hal ini juga di anggap Gea menyenangkan,
karena Gea sudah bosan dengan popularitas yang dia miliki di Jakarta.
Bagaimana Gea tidak populer? Gea
yang memiliki wajah bagaikan artis, di tambah lagi dia adalah anak dari
keluarga yang beruntung, terlalu beruntung mungkin. Hal itu membuat dia menjadi
dikenal banyak orang di sana. Karena Gea terkenal karena dua hal tadi, Gea
ingin merasakan hal lain. Mungkinkah dia akan menjadi populer juga kalau tidak
ada yang tahu dengan apa yang Gea miliki.
Gea mengelap rambutnya dengan
handuk saat kekuar dari kamar mandi rumah barunya. Terdengar suara blender dari
arah dapur. Gea pun mendatangi asal suara itu. Terlihat mama Gea sedang asik
membuat minuman, namun tidak ada sosok papanya disana. Gea pun menanyakan
keberadaan papanya itu
“ma, papa mana?” ucap Gea
spontan.
“papa tadi keluar, tapi ngga tau
mau apa” jawab mamanya singkat.
“oh, udah lama?” tanyanya
menguraikan ke-kepo-an
“lumayan sih” lagi, mamanya
menjawab singkat.
“ngga mandi?” tanyaku
meninggikan volume
“ssttt, papa Cuma pakai parfume.
Abis Gea mandinya lama sih..” ucap mamanya dengan suara pelan
“heheh, maafin Gea deh” ucapnya
sambil cengengesan
“ting, tong” terdengar suara bel
dari luar. Gea pun bergegas menghampiri pintu dan membukanya.
“taraaaaa…”ucap papanya ketika
pintu terbuka
“iihhh papa, ada-ada aja deh.”
Ucap Gea dengan nada manja
“liat papa bawa apa? Seragam
baru sama perlengkapan sekolah kamu. Besok udah bisa sekolah loh…” ucap papa
Gea sambil mengangkat bungkusan yang dia pegang
“wwwwwuiiiii.. papa keren,
makasih ya pa” ucap Gea kesenangan
“iya, sama-sama sayang” jawab
Papa Gea seraya merangkul badan Gea.
“uh, papa bau ih” kata Gea
kepada papanya
“sssttt, malu ah di dengar
tetangga” ucap papa Gea dengan suara pelan sambil mendorong badan Gea masuk
kedalam rumah.
“ya udah pa, Gea masuk dulu
ya..” ucap Gea saat turun dari mobil.
Gea melihat gerbang sekolah
barunya, tertlulis SMP Negeri 1 Tenggarong. Tulisan itu sama persis sengan
bordiran yang ada di dasi barunya. Gea pun melangkah masuk, wajah-wajah asing
tampak di depannya, sedang melihat Gea kebingungan. Bahkan mungkin ada dari
mereka yang terpesona melihat Gea. Karena sekali lagi, Gea adalah anak yang
cantiknya luar biasa.
Gea berhenti di depan kelas
dengan pintu yang bertuliskan ‘Kelas IX c’. Gea melangkah masuk, matanya
menerawang sekitar. Tidak terlalu menarik, kecuali seorang anak laki-laki
berjambul yang sedang asik berbincang dengan seorang perempuan yang sama sekali
tidak bisa di katakan cantik.
“Beruntungnya aku kalau bisa
berkenalan dengan cowok itu dan menjadi cewek di sebelahnya” ucap Gea dalam
hati.
Anak perempuan itu melirik Gea,
sempat berpaling, namun kembali lagi matanya melilhat ke arah Gea. Dia pun
tersenyum ke arah Gea, begitu juga Gea yang kemudian membalas senyuman
perempuan itu. Lalu, anak laki-laki berjambul tadi berdiri dari kursinya,
berdiri, lalu berjalan ke arah Gea. Gea menelan ludah dengan susah payah, tanpa
sadar tangannya menarik kuat tali di ransel yang ia gunakan.
“Raka..” ucap laki-laki itu
memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
“e e e .. Gea” jawab Gea gugup
kemudian membalas uluran tangan laki-laki tadi.
Mereka menjabat tangan beberapa
detik, saling menatap. Namun indahnya suasana di pecah olah suara seseorang
“haii” ucap lawan bicara Raka
tadi saat berada di antara gea dan Raka.
“eh, yaa” jawab Gea terkejut.
“Kinan” ucap perempuan tadi
mengajak berkenalan
“Gea” sahut Gea memberi senyum.
Kinan tidak cantik, tapi entah
kenapa benyak anak yang dekat dengannya, mereka merasa nyaman bersama Kinan,
termasuk Raka. Hal itu membuat Gea heran dan membuat Gea ingin lebih mengenal
siapa itu Kinan. Raka, Raka adalah sahabat Kinan, ada yang mengatakan kalau
Raka menyukai Kinan dalam arti lain. Namun, hal itu belum terbukti sampai
sekarang.
*****
Hari demi hari berlalu, Gea,
Raka, dan Kinan semakin dekat dan menjadi sahabat. Rasa penasaran Gea tentang
Kinan sudah berkurang, namun tidak dengan rasa suka Gea sejak pandangan pertama
dengan Raka. Semakin Gea mengenal Raka, semakin Gea menyukai Raka.
“Gea !!” suara seseorang memecah
lamunan Gea
“eh, Raka” ucap Gea terkejut
“nih..” ucap Raka sambil
menyerahkan sebuah flashdisk
“buat???” tanya Gea kebingungan
“kan kamu udah ketinggalan
materi, di dalem sini ada rinkasan materi pelajaran kita. Jadi kamu bisa ngopi
isinya” jawab Raka menjelaskan
“oh iya, makasih ya” ucap Gea
sambil tersenyum
“iya sama-sama” jawab Raka
membalas senyuman Gea
Gea terdiam melihat senyum manis
yang tersungging di bibir Raka. Jantungnya berdetak sangat cepat, nafasnya
terasa sesak, dan tengorokannya terasa tersangkut sesuatu. Karena Gea adala
sahabat Raka, wajar apabila dia seudah terbisa melihat senyuman Raka. Namun,
yang kali ini berbeda, yang ini, khusus untuknya.
“Gea..!!” lagi, suara tu memecah
lamunan Gea
“ha? Kenapa?” jawab Gea terkejut
“aku, lagi suka sama cewek” ucap
Raka tiba-tiba.
“oh ya? Siapa?” tanya Gea
penasaran.
“rraaahasiaaaa!!!” jawab Raka
tersenyum lebar sambil meninggalkan Gea.
“Raka, Raka !! ih, ngga asik ah
kamu” ucap Gea mencoba menghentikan langkah Raka, tapi Raka tetap melangkah kan
kakinya keluar kelas.
*****
“brukk !!!!” bunyi suara buku
Kinan yang berjatuhan dari genggamannya. Kinan lalu memunguti buku-buku itu
yang berserakan di jalanan. Tiba-tiba, tangan seseorang membantu Kinan
memunguti buku itu, ternyata Raka. Kinan hanya tersenyum melihat Raka yang
membantu dirinya.
“kinan..” ucap Raka memanggil nama
Kinan pelan
“ya? Jawab Kinan tanpa melihat
ke wajah Raka
“Kinan, liat aku” ucap Raka
sedikit memaksa
“kenapa Raka?” Tanya Kinan saat
malihat wajah Raka
“aku suka sama kamu” ucap Raka
spontan
“aku tau” jawab Kinan santai
sambil tersenyum
“jadi?” tanya Raka meminta
jawaban
“aku lebih suka kalau kita
temenan” jawab Kinan singkat
Raka terdiam, hatinya sedikit
tergores tapi tidak terlalu parah. Karena sebelumnya dia memang ragu akan
jawaban Kinan. Raka hanya menyunggingkan senyum dari bibirnya.
*****
“Gea, aku suka sama kamu mulai
pertama aku lihat kamu” ucap Raka kepada Gea.
Gea terdiam, tidak dapat
berkata-kata sama sekali. Inilah yang dia harapkan sejak pertama masuk sekolah.
Jantungnya berdetak terlalu cepat, keringat dingin mengalir di tubuhnya. Belum
sempat dia menjawab ungkapan Raka, ada seekor kucing yang mendekati Gea. Gea
takut kucing, otomatis dia menjauh dari kucing itu. Namun kucing itu malah
semakin mendekat dan tiba melompat ke arah Gea
“awww!!!” jerit Gea saat
terjatuh dari tempat tidur.
Mimpi yang indah sekaligus
mengerikan mampir di malam Gea setelah mendengar Raka sedang menyukai seorang
perempuan. Gea penasaran siapa yang di sukai oleh Raka, rasa penasaran itu
selalu membayangi Gea sampai kedalam mimpi. Gea melirik jam dinding, jam 3
pagi. Gea merasa tidak sanggup untuk melelapkan matanya lagi. Gea pun teringat
dengan flashdisk yang di berikan Raka kepadanya.
Gea bergegas menyalakan
laptopnya, lalu mengecek data dari flashdisk tadi.
“kinan?” ucap Gea kebingungan
melihat nama Flashdisk itu.
Ternyata itu adalah flashdisk
Kinan. Gea pun mememukan data ringkasan materi yang ia cari-cari
“diary?” ucap Gea ketika melihat
sebuah file dengan nama diary.
Kemudian Gea membuka file itu,
dan ternyata, itu adalah catatan harian Kinan. Sempat dia ingin membuka file
itu, namun dia masih ingat akan adab kemanusiaan. Diary ini adalah pribadi dan
Gea tidak boleh membacanya tanpa mendapat izin dari yang bersangkutan.
Namun rasa penasaran Gea tentang
isi diary itu mengalahkan adab kemanusiaan tadi. Dibacanya isi file itu secara
berurut. Gea terkejut melihat isinya yang ternyata
*tanggal tidak di tampilkan*
“check up ke dokter setiap 2
minggu. Ngga tau ini memang kewajiban atau Cuma untuk jaga kesehatan. Mama ngga
ngasih tau alasannya =(“
“tervonis penyakit yang ngga
pernah ku bayangkan bakal bersarang di badanku. Ternyata inlah jawaban dari
setiap check up rutin yang aku jalani. Biarkan ini menjadi rahasia =|”
“terima kasih atas penyakit yang
engkau berikan tuhan =’) berkat itu aku selalu bersyukur dengan apa yang telah
aku miliki dan apa yang telah aku jalani =”)
“hari ini pindah ke Tenggarong .
good bye SMP 1 Samarinda =’)”
“teman baru, ramah, ganteng,
baik, pengertian, perhatian. Tipe cowok sejati =)”
“semakin dekat. Bolehkah aku
berharap memiliki dia ?” biarkan aku bermimpi sejenak ya tuhan =)”
“derita yang aku alami terus
bertambah seiring berjalannya waktu. Itu berarti semakin sedikit waktu aku
bertahan di dunia ini. Ya tuhan.. biarkan aku bahagia selama sisa hidupku =)”
“seseorang datang lagi,
seseorang yang mungkin akan memperjauh jarak di antara kita. Kuharap itu semua
ngga akan terjadi =)”
“rasa yang aku rasakan terbalas.
Akhirnya dia nyatakan rasa yang sama kepada ku. Tapi maaf, karena aku hatimu
terluka. Sungguh aku tak layak bersamamu =(“
“dia suka kamu =) kamu cocok kok
sama dia =) aku rela biarkan kamu bersama dia, asalkan kamu bisa ngerasakan
cinta dengan orang yang memang pantas untuk kamu =)”
Gea terdiam melihat isi bacaan
itu. Di satu sisi, Gea sadar kalau sikap baik Kinan itu memang takdir yang
harus dia jalani. Mata Gea sedikit berlinang mengingat isi diary itu. “Apa
semua tingkah laku baik teman-teman karena mereka tau tentang keadaan Kinan.
Tapi, Kinan kan bilang biar jadi rahasia. Ya ampun, aku harus gimana? Apa aku
harus pura-pura ngga tau apa-apa?” ujar Gea bertanya dalam hati.
Tidak terasa,waktu sudah
menunjukkan pukul 6 pagi. Geaa pun meninggalakan laptopnya yang dalam keadaan
mati dengan sedikit cemas tentang apa yang telah dia ketahui.
*****
Pagi hari datang lagi, Kinan
melangkah pelan menelusuri sekolah
“kinan!!” ucap seseorang yang
menghentikan langkah Kinan. Kinan pun membalik badan dan dan berkata
“eh, Raka”
“Kinan, aku tau kamu ngga suka
sama aku. Makanya kemaren kamu nolak aku. Tapi tolong, buat aku merasa special
di dekatmu walau cuma sebagai teman” ucap Raka dengan wajah sedikit memelas.
Kinan tersenyum, dia hendak
berkata. Tapi ada suara teriakan seseorang yang sudah mendahului ucapan Kinan.
“raka!!!” ucap Gea berteriak dengan
nada sedikit marah
“iya, kenapa Gea??” Tanya Raka
kebingungan
“aku mau ngomong sama kamu” ucap
Gea mengabaikan pertanyaan Raka lalu menarik tangan KInan pergi menjauh dari
Raka.
“Gea, Gea??” teriak Raka mencoba
menghentikan tindakan Gea yang kelihatan sedikit marah.
Gea membawa Kinan ke bawah
tangga dekat toilet perempuan. Gea terlihat sangat marah. Kinan ketakutan
melihat sikap Gea yang mengerikan.
“rahasia kamu ada sama aku!”
ucap Gea memulai pembicaraan
“ha? Maksud kamu?” ucap Kinan
kebingungan
“ya, aku tau kalau kamu lagi
ngidap penyakit serius. Itu rahasia kamu kan?” ucap Gea dengan nada sinis
“Gea, dari mana kamu tau itu?
Ucap Kinan cemas
“ngga penting aku tau dari mana.
Yang jelas kalau kamu mau rahasia itu ngga ketahuan siapa-siapa, kamu harus ikuti
keinginan aku!” ujar Gea mengancam
“mau kamu apa Gea. Aku bakal
ikutin kalau itu bisa menjamin rahasia aku ngga terbongkar” jawab Kinan memohon
“kamu harus jauhin Raka.
SELAMANYA!” ucap Gea mengakhiri pembicaraan kemudian meninggalkan Kinan dengan
ancaman yang telah dia berikan. Kinan menunduk meringis atas apa yang telah ia
dapatkan. Kinan berjalan meninggalkan tempat dimana ia di bully oleh Gea. Saat
menaiki tangga, tiba-tiba kepala Kinan pusing. Pandangan matanya kabur, lalu
hilang.
“bbuuugggkkkk!!!” suara badan
Kinan yang terhempas ke lantai bawah
*****
“halo? Gea ?!! cepat kerumah
sakit A.M Parikesit sekarang ! Kinan tadi pingsan, sampai sekarang belum
siuman. Sekarang aku lagi dijalan. Cepat!!” ucap Raka melalui telepon dengan
nada cemas
“oh iya. Aku kesana.” Ucap Gea
mengiyakan lalu menutup telepon
Gea cemas mendengar berita itu,
gea teringat akan diary Kinan itu. Apa ini semua karena ancaman yang Gea
katakana kepada Kinan tadi.” Kinan, maafin aku. Aku ngga akan maafin diri aku
sendiri kalo aku ngga sempat minta maaf secara langsung ke kamu” ucap Gea dalam
hati.
Gea mengambil helmnya lalu
bergegas mengendarai motornya menuju rumah sakit. Beberapa menit berlalu, Gea
sampai di rumah sakit. Dia pun memarkir motornya dan berlari menuju gedung rumah
sakit. Tepat di depan lobi, Gea menelepon Raka
“halo, Raka. Aku sudah nyampe di
rumah sakit, kamu dimana? Aku ngga tau Kinan ada di ruangan mana?” ucap Gea
saat teleponnya di angkat.
“halo? Halo?” ucap seseorang
dari seberang
“loh? Ini siapa? Raka mana?
Tanya Gea cemas saat mengetahui teleponnya bukan di angkat oleh Raka tapi orang
lain. Terdengar suara riuh disana
“halo mbak. Ini temennya mas
yang pakai motor scoopy putih kah?” Tanya seseorang yang berbicara melalui
ponselnya Raka
“iya, Rakanya mana? Ada apa
sih?” Tanya Gea semakin cemas
“ini mbak, mas yang pakai scoopy
putih tadi kecelakaan, helmnya lepas terus hapenya jatoh. Masnya tadi langsung
pergi aja.” Ucap orang itu menjelaskan
“orangnya luka?” Tanya Gea
penasaran
“kepalanya tadi berdarah mbak..
tuuut tuuuut tuuuuuuuut…..” telepon pun terputus tanpa di sengaja.
Gea menangis, terduduk di dekat
pintu lobby, dia tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya. Dia takut Raka
kenapa-kenapa. Lalu, datang seseorang yang mengangkat badannya berdiri. Ternyata
itu Raka, jaket Raka terkena lelehan darah yang mengucur dari kepalanya. Gea
menahan pedih yang dirasa ketika melihat lelehan darah itu.
“Kinan? Kinan gimana? Tanya Raka
cemas tarhadap Gea
“aku ngga tau Raka” jawab Gea
masih dalam keadaan menangis
“yaudah, ayo” ucap Raka menarik
tangan Gea masuk ke dalam rumah sakit
“tapi kepala kamu…” ucap Gea
terputus
“udah, biarin” ucap raka
mengacuhkan perkataan Gea.
Mereka sampai di depan kamar
tempat Kinan berada. Terlihat kedua orang tua Kinan menangis. Raka pun langsung
masuk kedalam
“tante, Kinannya kenapa?” Tanya
Raka cemas tapi dengan nada pelan
“Kinan, sudah ngga ada Raka”
ucap papanya Kinan menjawab
“apa?” ucap Raka terkejut.
Gea tak berani berkata apa-apa.
Gea takut menanyakan hal apapun kepada orang tuanya Kinan. Gea hanya menangis
dan berkata “Kinan maafin aku. Sumpah aku ngga niat sampai segininya. Sumpah
Kinan, aku minta maaf”
Raka mendekati Gea yang sedang
menangis. Gea menatap mata Raka. Gea menarik nafas dalam
“Raka, aku yang buat Kinan jadi
begini” ucap Gea sedikit ketakutan
“Kinan memang sudah ngidap
penyakit kanker otak dan dia memang sudah di vonis ngga bisa bertahan lama”
ucap Raka mencoba menenangkan Gea
“tapi.. aku yang…” ucapan Gea
terpotong
“ini, surat dari Kinan buat
kamu. Kata mama sama papanya Kinan, Kinan sempat nulis surat itu pas dia
siuman. Tapi habis nulis surat itu, dia langsung kejang-kejang dan meninggal.”
jelas Raka memotong ucapan Gea dan memberikan selembar kertas
Gea membaca surat itu yang
bertuliskan
“AKU AKAN MEMENUHI SYARAT YANG
KAMU AJUIN KE AKU GEA, AKU AKAN MENJAUH DARI RAKA DAN KAMU SELAMANYA. AKU HARAP
KAMU BISA BAHAGIA. DAN ASAL KAMU TAU, AKU NGGA PERNAH SUKA SAMA RAKA”
No comments:
Post a Comment