Look at my mustache?
2 silent reader[s] | +FOLLOW | DASHBOARD.



<$BlogItemTitle$>
<$BlogDateHeaderDate$> | ><$BlogItemCommentCount$> comment(s)
<$blogitembody$>



>Older Post . >Newer Post

Monday, March 11, 2013

Surat Terakhir Kakak



Malam yang sungguh indah. Banyak bintang bertaburan di langit, angin yang segar, langit yang indah sungguh melengkapi malam ini. Tapi ada yang terasa hilang, sungguh sangat terasa. Yaitu kedua orang tua ku, mereka tak berada disisi ku. Mereka terlalu sibuk dengan ego mereka, mereka tak pernah memperhatikan aku dan Kakak. Mereka selalu bertengkar setiap hari, entah apa yang mereka pertengkarkan. Kakak selalu melarangku bertanya apa yang selalu di pertengkarkan mereka. Kakak selalu berkata, “Kita jangan ikut campur urusan mereka”, setiap aku ingin bertanya kaka selalu berkata begitu.
Malam ini aku hanya ditemani Kakak melihat bintang diatap, entah kemana Papa dan Mama. Mereka jarang pulang dan tak pernah memberi kabar. Dirumah hanya ada aku, Kaka, Bibi dan Mang Ujang. Kakak selalu menemaniku dimana pun aku berada, tapi entah bila Kaka nanti tidak ada apa jadinya aku. Tapi itu tidak mungkin terjadi karena Kaka sudah berjanji akan menemaniku setiap saat, dia tak akan meninggalkanku.
Setiap malam aku selalu berdoa supaya Mama dan Papa bisa akur dan keluarga ku utuh kembali seperti dulu, tak ada pertengkaran, dan tak ada perkelahian. Aku selalu ingin kembali sepeti dulu keluarga yang utuh, selalu bersama, tak ada pertengkaran, tak ada perkelahian, selalu tertawa. Tapi apa mungkin bisa seperti dulu. Mungkin itu hanya harapan ku saja.
“Bintang.. bangun adik ku sayang, ini sudah pagi. Waktunya bangun syang” suara Kaka yang membangunkanku dengan lembut.
“Sudah pagi ya Kakak” jawab ku.
“Iya sayang, sudah pagi” jawab Kaka dengan lembut, sambil merapikan kamarku
“Jam berapa sekaranng Kakak” ucap aku sambil menguap.
“Jam tujuh pagi. Sekarang kamu mandi dan Kakak tunggu sarapan di bawah” ucap Kakak sambil mengelus kepalaku.
“Baik Ka,” jawab aku dengan semangat
“Kakak” ucap aku sambil mencium pipi Kakak.
“Ini roti coklat mu dan susu” ucap Kakak sambil meletakkan roti coklat dan susu di atas meja makan.
“Terimakasih Kak” ucapku.
“Iya sayang” jawab Kakak.
Seusai sarapan pagi Kaka mengajak Bintang untuk berkebun, karena Bintang suka sekali berkebun dengan Kakaknya.
“Sekarang kamu bantu Kakak untuk merapikan pohon ini ya” ucap Kakak sambil menyerahkan gunting tanaman untuk merapikan daun pohon itu.
“Iya Kak. Kakak kalau pohon ini kita bentuk bintang bagaimana, boleh tidak Kak” tanya Bintang sambil memandangi Kakaknya.
“Boleh saja” jawab Kaka.
“Lalu pohon yang satunya kita bentuk Bulan Kak. Boleh tidak”
“Boleh. Tapi kenapa kamu mau membentuk pohon ini dengan Bulan dan Bintang” tanyak Kakak dengan penasaran.
“Karena Bintang itu nama aku dan Bulan itu nama Kakak. Jadi Pohon ini akan melambangkan kita Kak. Supaya Kakak selalu ingat Bintang dan Bintang selalu teringat Kakak” jawab bintang dengan semangat. Kakak hanya tersenyum melihat jawaban adiknya itu.
Inilah yang selalu aku lakukan setiap pagi dengan Kakak. Kakak selalu perhatian sama aku, setiap apa yang aku inginkan Kakak selalu tau dan Kakak selalu mengabulkan semua keinginanku. Tapi hanya satu yang tidak bisa Kakak kabulkan dari keinginan ku. Yaitu kembalinya keluarga ku.
“Kenapa Kakak gak bisa kabulin permintaan ku. Kakak sudah berjanji selalu mengabulkan semua keinginan ku tapi kenapa yang ini tidak bisa” ucap Bintang dengan marah
“Bintang, Kakak tidak mungkin bisa melakukan itu, yang bisa melakukan itu hanya Tuhan, Bintang. Hanya Tuhan yang bisa mengabulkan satu permintaan mu itu sayang” Kakak menjelaskannya sambil memeluk aku yang menangis.
“Tapi bagaimana caranya Kakak?!” tanya Bintang sambil menangis didalam pelukan Kakaknya .
“Kamu berdoa pada Tuhan sayang, supaya keluarga kita utuh kembali. Supaya kita bisa bersama kembali” Kakak menjelaskan sambil menghapus air mata Bintang.
“Tuhan kembalikan keluarga Bintang seperti dulu, supaya Bintang tidak sendiri lagi dengan Kakak. Bintang kangen sama Papa Mama, Tuhan.. Bintang pengen kayak dulu bisa main sama Mama Papa. Bisa sarapan bareng, main bareng, Tuhan. Bintang pengen kayak dulu Tuhan. Kabulin permintaan Bintang ya Tuhan. Amin” ucap Bintang sambil menangis tersedu-sedu.
Kakak hanya bisa menangis dan memeluk Bintang. Kakak tak bisa melakukan apa-apa. Ini semua terjadi karena takdir Tuhan.
(Bulan)
Setelah aku menidurkan Bintang. Tak sengaja aku mendengar suara mobil yang di parkir di depan rumah. Ketika aku melihat dari jendela ternyata Papa dan Mama pulang. Entah sedang terjadi apa sampai mereka ingat bahwa mereka masih mempunyai rumah yang baru mereka datangi.
Ku dengar pintu di buka, dan ada suara orang yang bertengkar. Entah kenapa mereka selalu bertengkar setiap kali bertemu. Apa mereka tak memikirkan perasaan aku dan Bintang.
“Kamu kenapa si Pa. Selalu saja menyalahkan Mama” ucap Mama sambil berteriak dan masuk kedalam rumah.
“Seharusnya kamu tidak pulang malam Ma. Seharusnya kamu ada dirumah untuk Bintang dan Bulan” ucap Papa sambil berteriak dan emosi.
“Kenapa aku gak boleh pulang malam Pa. Aku juga kerja Pa” jawab Mama.
Perdebatan itupun tak dapat dipungkiri lagi dan akhirnya Papa dan Mama tak mau mengalah satu sama lainnya.
“Udah Ma Pa, kalian gak mikirin perasaan Bulan sama Bintang ya. Setiap kali bertemu kalian selalu berantem, kalian gak kasian sama Bintang. Bintang masih kecil Pa Ma, Bintang baru lima tahun. Kalian selalu berantem tanpa melihat keadaan, Bintang selalu bertanya kenapa Papa dan Mama berantem, tapi Bulan hanya bisa meluk Bintang Pa Ma. Apa kalian gak mikirin itu” teriak Bulan sekencangnya sambil menangis.
“Maafin Mama sayang. Mama” ucap Mama.
“Kakak” teriak Bintang yang menangis melihat Papa, Mama, dan Kakaknya yang sedang bertengkar.
“Ayo kita masuk Bintang” ucap Kakak sambil menggandeng adiknya yang menangis.
“Kakak..” ucap Bintang yang menangis.
“Udah sayang kita masuk kamar ya” ucap Kakak yang juga menangis.
Bintang terbangun dan melihat Kakaknya yang tertidur di sampingnya. Bintang berjalan keluar kamar dan melihat Papa Mamanya yang sedang bertengkar. Bintang menangis sambil membawa boneka beruang kesayanganya. Kakak terbangun dari tidurnya dan melihat adiknya yanng menangis karena melihat Papa Mamanya bertengkar.
“Bintang” ucap Mama.
“Mama Papa jahat. Mama Papa gak kasian sama Bintang dan Kakak, Mama Papa selalu berantem gak pernah mikirin perasaan Bintang dan Kakak. Mama Papa jahat!!” teriak Bintang sambil menangis.
“Sayang, maafin Mama sayang” ucap Mama.
“Bintang benci sama Mama Papa!!” ucap Bintang.
“Mama Papa seneng kan udah buat Bintang dan Bulan menderita?!!” ucap Bulan. Mama hanya bisa menangis dan Papa hanya diam.
(Bintang)
Pagi ini Bulan dan Bintang sedang berkebun di taman. Bintang sungguh senang setiap kali Kakaknya mengajaknya berkebun. Kakak selalu bernyanyi setiap kali berkebun dan Bintang selalu menyukai nyanyian Kakaknya itu.
Tapi saat Bulan sedang menyiram bunga dia merasa ada cairan yang keluar dari hidungnya, saat dia berusaha menghapusnya dia melihat bajunya sudah banyak darah. Bulan merasa pusing dan dia terjatuh di taman. Bintang berteriak ketika melihat Kakaknya yang pingsan itu.
Bintang memanggil Mang Ujang dan menyuruhnya untuk membawa Kakak ke rumah sakit. Sedangkan Bibi sedang menelfon Mama dan Papa.
Sesampainya di rumah sakit, Kakak langsung menerima penanganan dari dokter. Saat itu juga Mama dan Papa datang. Mama memeluk Bintang yang menangis dan Mama pun ikut menangis. Papa hanya terdiam, tak berkata satu patah kata pun. Setelah dokter keluar dari kamar rumah sakit, dokter meminta Papa dan Mama ikut keruangannya. Aku masuk kedalam kamar rumah sakit, terlihat Kakak yang tak sadarkan diri di atas ranjang, ada infus ditanganbya, selang oksigen yang berada dihidungnya, dan kabel yang tertempel di tubuh Kakak. Bintang hanya bisa melihat Kakak yang disayangi sedang lemas tak berdaya dia atas ranjang.
Tak lama Mama dan Papanya masuk kedalam kamar. Mama menangis dan memeluk Bintang. Sedangkan Papanya hanya bisa diam, Bintang bingung apa yang terjadi. Kenapa Mamanya menangis.
“Mama kenapa nangis, terus kenapa Kakak kok gak bangun-bangun Ma” tanya Bintang sambil memandangi Kakaknya yang terbaring lemas di atas ranjang ruma sakit.
“Bintang berdoa ya buat Kakak. Semoga Kakak cepet sembuh sayang” jawab Mama.
“Iya Ma. Kakak, Kakak cepet sembuh ya, Kakak udah janji bakal nemenin Bintang terus dan Kakak bakal mengabulkan semua keinginan Bintang. Lihat Kakak sekarang, Mama Papa udah akur lagi. Kakak bangun doong, nanti kita buat pohon yang bentuknya Papa Mama Kakak. Ayo Kakak bangun”
ucap Bintang sambil menggoyang-goyang tubuh Kakak tercintanya. Mama menangis dan memeluk Papa. Dan akhinya Papa pun tak bisa lagi menahan airmatanya.
“Papa Mama kenapa nangis. Kakak pasti bangun kok, nanti kalau Kakak bangun kita buat pohon yang bentuknya Papa Mama. Biar keluarga kita lengkap” ucap Bintang yang heran melihat Mama dan Papanya menangis.
“Bintang berdoa semoga Kakak bisa bertahan ya sayang” ucap Mama.
“Kakak pasti bertahan, Kakak udah janji bakal nemenin Bintang terus. Kakak gak bakal ninggalin Bintang kan Ma?” tanya Bintang yang menangis.
Papa dan Mama hanya terdiam, mereka memeluk Bintang. Dan menjelaskan apa yang terjadi kepada Kakaknya.
Ternyata Kakak mengidap kangker otak setadium akhir. Ternyata obat-obat yang selalu kakak minum setiap hari adalah obat-obat untuk sakit kangkernya. Dan Kakak pernah berkata nanti kalau terjadi apa-apa sama Kakak, Bintang harus ambil surat yang ada di laci kamar Kakak dan memberikanya pada Papa Mama. Ketika Bintang melihat Kakaknya, Kakak menyemburkan darah dari mulutnya. Mama membawa Bintang pergi dan Papa memanggil dokter.
“Mama, Kakak gak apa-apa kan” tanya Bintang.
“Bintang berdoa yah, semoga Kakak kuat” ucap Mama.
“Iya Ma” Bintang hanya terdiam didalam pelukan Mamanya.
Tak lama kemudian, Kaka sadar dari tidurnya itu. Kaka tersenyum sambil meneteskan air mata kebahagiaan. Lalu Bintang menghapus air matanya itu. “Kaka, ayolah. Kaka harus sembuh, kaka sudah berjanji sama Bintang. Kaka akan jagain Bintang kan? Kaka juga akan bantuin Bintang untuk membuat pohon yang berbentuk Bintang dan Bulan itu kan? Ayolah Ka,” Kata Bintang dengan semangat walaupun terharu. “Maaf ya Bintang, Kaka gak bisa temenin Bintang lagi. Kaka harus pulang Bintang. Kaka gak kuat lagi” Jelas Kaka. “Kaka mau pulang kemana? Kita akan pulang bareng sama Mama Papa lagi kan? Iya kan Ma Pa?” Tanya Bintang lugu.
Mama dan Papa hanya bisa menangis dan menganggukan kepala. “Kaka harus pulang kepangkuan Tuhan sayang. Kaka gak akan pulang kerumah lagi. Kamu harus semangat yah walaupun gak ada kaka lagi. Kaka selalu ada dihati kamu.” Kata Kaka. Nafas Kaka pun tak dapat terpungkiri lagi. Dan Kaka berpesan kepada Mama dan Papa, “ Ma Pa, Jagain Bintang ya. Rawat Bintang sampai dewasa. Jangan pernah Mama dan Papa ngecewain Bintang lagi. Janji ya Ma Pa?” Pesannya. “Iya sayang, Mama dan Papa berjanji akan selalu merawat Bintang.” Kata Papa dan Mama. Kaka tersenyum, dan nafas Kaka tidak terpungkiri lagi. Dan akhirnya Kaka menghembuskan nafas terakhirnya. Semua pun tak dapat terbendung lagi. Dokter segera melepas infusan dan oksigen yang melekat pada tubuh Kaka.
Jasad kaka segera dibawa kekamar jenazah, dan langsung dimakamkan. Aku, Mama, Papa, Bibi dan Mang Ujang pun merasa sangat kehilangan. Setelah dimakamkan, aku dan yang lain ikut pulang. Akhirnya Mama dan Papa tidak bertengkar lagi.
Setelah sampai dirumah, Aku, Mama, dan Papa berkumpul diruang keluarga.
“Ma Pa, Kaka pernah bilang ke Bintang nanti kalau terjadi apa-apa sama Kakak Bintang harus serahin ini ke Mama Papa” ucap Bintang sambil menyerahkan selembar surat yang dimasukkan kedalam amplop berwarna ungu.
“Apa ini sayang, coba mama baca” Kata mama sambil membaca
Itulah surat dari Kaka. Aku sangat terharu, dan aku sangat senang dapat hidup dengan rukun lagi bersama Mama dan Papa. Walaupun Kaka sudah tak bersama aku lagi.
Dan setiap hari setelah pulang sekolah, aku selalu berziarah kemakam Kaka, dan membawa bunga kesukaan Kaka, yaitu Mawar Putih. Satu pesanku untuk Kaka “Semoga Kaka tenang ya disana. Kami semua Cinta dan Sayang sama kaka. Love You Kaka?”.
TAMAT

No comments:

Post a Comment