Sebuah taman tempat pasangan remaja berkumpul di pojok senja.
Di bawah pohon-pohon cemara berhias lampu-lampu kecil yang berkerlip bergantian dan lampu-lampu dengan tiang berukir bergaya Venesia. Sebuah air mancur buatan di tengah taman berbentuk bulat dengan sebuah patung Cupid yang tersenyum ditengahnya menambah indah taman itu dan romantisnya taman itu.
Seorang
gadis berambut panjang ikal coklat dengan kulit putih dan bermata coklat yang
indah selalu tampak duduk di bawah lampu taman yang satu dari dua lampunya
padam. Namanya Sheila, gadis cantik yang menunggu belahan jiwanya Kevin. Setiap
matahari mulai lelah bersinar dan merebah. Sheila selalu hadir ditempat dan di
bangku yang sama di taman itu hanya melihat kendaraan yang lalu lalang, hanya
melihat pasangan-pasangan yang selalu membuatnya semakin kehilangan rasa
dihatinya, rindu akan kekasihnya Kevin yang semakin menghimpit hatinya. Sudah
lama gadis itu selalu tampak di sudut bangkunya menyisakan setengah bangku
panjangnya untuk kekasihnya yang tak pernah datang, dia selalu tampak cantik
dan anggun setiap harinya di bangku itu, tatapan matanya kosong seperti jiwanya
tak ada disana.. Belahan jiwanya, Kevin, pergi meninggalkannya untuk
melanjutkan pendidikan di luar negeri setelah keduanya lulus dari SMA.
4
tahun berlalu mereka berdua telah menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar
di bidangnya masing-masing
“Tunggu aku di taman tempat kita pertama bertemu tanggal 13 maret 2003 nanti saat matahari mulai tenggelam” kata kata itulah yang terakhir diterima Sheila dan semenjak saat itu Sheila selalu berharap Kevin akan datang menemuinya di taman itu.
“Tunggu aku di taman tempat kita pertama bertemu tanggal 13 maret 2003 nanti saat matahari mulai tenggelam” kata kata itulah yang terakhir diterima Sheila dan semenjak saat itu Sheila selalu berharap Kevin akan datang menemuinya di taman itu.
Terbersit
lagi di angannya saat-saat indah itu datang, saat Kevin dengan gembira
memberitahukan kepadanya tentang kepulangangnya. Saat-saat itu adalah saat-saat
yang di nantikannya, 13 Maret 2003 sore yang ceria dan tampak menjanjikan,
Sheila mengingat 1 tahun yang lalu tepat tanggal 13 Maret 2003.
Sheila mengingat 1 tahun yang lalu tepat tanggal 13 Maret 2003.
Tak
tergambarkan suasana hatinya waktu itu, karna hari itu dirinya akan bertemu
belahan Jiwanya, bahkan dari malam sebelumnya Sheila sudah menyiapkan pakaian yang
akan di kenakannya untuk hari itu, bahkan dia menyiapkan sekotak makanan
favorit mereka berdua pada saat mereka saling bercanda dan tertawa menjalin
cinta.
Cahaya
yang mengintip dari celah celah dedaunan menambah indahnya sore itu menemani
langkahnya ringan, bayangan akan sang kekasih yang sudah lama tak dijumpainya
membuatnya ling-lung, hatinya-pun tak karuan sesak, gemetaran dan panas dingin.
Sore
itu hanya Sheila dan langit yang makin gelap yang terus berharap cintanya
datang menjemputnya dari taman yang semakin dingin oleh kesendirian. malam itu
Sheila pulang dengan sejuta pertanyaan dan luka menganga di hatinya. Bertanya
akan keberadaan kekasihnya yang tak pernah datang.
1
tahun telah berlalu Sheila masih sering datang ketaman itu di saat senja
Masih menunggu di bangku yang sama. Sesekali didengarnya sebersit suara yang mirip seperti kekasihnya yang membuatnya selalu menoleh dan mencari, tetapi hanya angina yang berbicara, seperti menyebut namanya pelan dengan suara yang sama seperti suara kekasihnya, semua itu justru menambah sakit hatinya waktu mengetahui kekasihnya tak pernah datang.
Masih menunggu di bangku yang sama. Sesekali didengarnya sebersit suara yang mirip seperti kekasihnya yang membuatnya selalu menoleh dan mencari, tetapi hanya angina yang berbicara, seperti menyebut namanya pelan dengan suara yang sama seperti suara kekasihnya, semua itu justru menambah sakit hatinya waktu mengetahui kekasihnya tak pernah datang.
Hari
ini tepat 1 tahun semenjak saat itu Entah kenapa bisikan-bisikan itu semakin
sering terdengar dan nyata tak seperti hari-hari lalu yang samar. Suasana saat
itu berbeda dengan hari hari yang lalu, lebih dingin dan gelap, langitnya
berwarna violet gelap kemerahan, pasangan cintapun tak banyak tampak, ibu-ibu
renta penjual makanan keliling yang sering menawarkan makanan kepada Sheila-pun
tak tampak batang hidungnya. Tanpa ada yang tau sesekali air mata Sheila
menggelinang di pipinya yang putih lembut terselimuti rasa rindunya.
“Sayangku
aku kangen sama kamu” ucap Sheila gemetar dan lirih.
Tiba-tiba jantungnya seperti berhenti berdetak, dilihatnya sebuah sapu tangan berwarna putih di sodorkan kepadanya.
Perlahan dilihatnya kearah wajah itu. “Kevin?” Tanya Sheila, “sheila” jawab pria itu yang tak lain adalah Kevin.
Tiba-tiba jantungnya seperti berhenti berdetak, dilihatnya sebuah sapu tangan berwarna putih di sodorkan kepadanya.
Perlahan dilihatnya kearah wajah itu. “Kevin?” Tanya Sheila, “sheila” jawab pria itu yang tak lain adalah Kevin.
Sheila-pun
tak mampu menyembunyikan keterkejutannya, segala rasa berpendaran dalam
hatinya. Senang, rindu, haru, pilu yang kesemuanya membuat Sheila ingin
menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan lelaki tersebut
“kamu kemana selama ini?” tanya Sheila, menangis bahagia di pelukan Kevin
“Maaf, aku baru bisa menemuimu sekarang, kamu masih cantik seperti dulu ya” ucap Kevin.
“kamu kemana selama ini?” tanya Sheila, menangis bahagia di pelukan Kevin
“Maaf, aku baru bisa menemuimu sekarang, kamu masih cantik seperti dulu ya” ucap Kevin.
Di
angkatnya wajah Sheila yang bergelinang air mata oleh Kevin “Jangan menangis,
aku akan selalu ada untukmu walaupun aku tak berada disisimu lagi” Ucap Kevin
sambil menghapus air mata Sheila dengan sapu tangannya. “Apa maksudmu berkata
seperti itu?” Tanya Sheila heran sambil mengerutkan dahinya Tapi Kevin tak
menjawabnya.
Mereka
berdua duduk di kursi taman yang biasa mereka duduki berdua, lampu taman mulai
menyala satu demi satu menambah kesan romantis. Seakan tak mau lepas Sheila
bersandar di pelukan Kevin manja. “Sayangku, kamu jangan menungguku lagi
disini, aku sedih melihatmu terus menungguku, kamu mau berjanji?” “Iya sayang,
aku janji” jawab Sheila sumringah
“Aku hanya punya waktu sebentar” raut wajah Kevin pun berubah muram “Apa maksudmu?” Tanya Sheila serius “Aku harus pergi” sambil menatap langit yang sudah gelap menghitam “Ta ta tapi kita kan baru bertemu setelah sekian lama?” ucap Sheila dengan mata berkaca-kaca Aku tau, “tapi aku datang hanya bilang kepadamu, untuk berhenti menungguku disini, aku tidak bisa lagi bersamamu” jawab Kevin sedih
“Aku hanya punya waktu sebentar” raut wajah Kevin pun berubah muram “Apa maksudmu?” Tanya Sheila serius “Aku harus pergi” sambil menatap langit yang sudah gelap menghitam “Ta ta tapi kita kan baru bertemu setelah sekian lama?” ucap Sheila dengan mata berkaca-kaca Aku tau, “tapi aku datang hanya bilang kepadamu, untuk berhenti menungguku disini, aku tidak bisa lagi bersamamu” jawab Kevin sedih
Sontak
kata-kata yang diucapkan Kevin merobek hati Sheila “Kevin kamu ini bicara apa?,
kamu sudah punya kekasih yang lain?” “Tidak, tapi aku ingin kamu membenci aku,
lanjutkanlah hidupmu seperti impianmu yang ingin memiliki anak yang lucu-lucu,
aku bukan orang yang terpilih untukmu untukmu” “Tapi kenapa?” desak Sheila
kepada Kevin “Aku tak bisa beritahukan alasannya Sheilaku yang cantik” Sheila
yang menyadari Kevin akan meninggalkannya kembali bergelinangan air mata “Aku
sayang kamu Sheila” ucap Kevin tulus sambil memandang mata Sheila dengan
pandangan yang sangat damai.
Sheila
yang sedih, semakin sedih dan bingung Di peluk dan dipukulinya dada Kevin
dengan bagian bawah genggaman tangannya yang mungil, “kamu jahat” ucap Sheila
sambil menangis Kevin hanya bisa diam dan terus memeluknya erat sesaat Sheila
merasa sangat tentram dipelukan Kevin, seperti malaikat kecil yang telanjang di
peluk kedua sayap kekasihnya yang membuatnya nyaman dan hangat. “sampai
mati-pun aku ingin tetap di pelukan ini” ucap Sheila dalam hati, rasa cinta
seorang Sheila sangatlah besar
Kevin
adalah cinta pertamanya. Kevinlah yang memberi warna dunianya, memberi rasa
dihidupnya. Mengajarinya untuk tersenyum, tertawa dan menghadapi dunia. Dari canda-canda
yang selalu terseret-seret di benak Sheila. Dan membantunya memulihkan
sayap-sayap kecilnya yang patah.
“Sudah
waktunya Aku harus pergi Sheila” kata Kevin tegas. Tapi Sheila justru memeluk
Kevin lebih erat “bisakah aku minta waktu beberapa saat lagi bersamamu,
sebentar saja, walau aku tidak akan bertemu lagi denganmu, walau kau akan
bersama yang lain, aku rela jika itu maumu, tapi izinkan aku dipelukanmu lebih
lama, sebentar lagi.. “pinta Sheila memelas dengan wajah cantiknya.
Kevin
tak menjawab tapi pelukan itu tak pernah dilepasnya. Sampai tiba-tiba “aku
benar-benar harus pergi kamu jangan menangis untuku Sheila, hapus air matamu
aku senang sekali bisa bertemu lagi denganmu walau hanya sebentar “Sambil
melepaskan pelukannya perlahan dari Sheila. “slamat tinggal Sheila” diciumnya
kening Sheila lembut.
Sheila
hanya bisa menangis, 2 kaki yang menopangnya kini roboh seperti tak bertulang
sekujur tubuhnya seperti tak bertuan dan lemas sejadi-jadinya, Sheila berlutut
dan terusmenangis. Sementara Kevin mulai melangkah meninggalkan Sheila dengan
wajah yang sedih. Udara yang dingin kini semakin dingin, kekosongan semakin
terasa di hati Sheila dan seisi tamanpun hening tak bersuara. Saat-saat yang
dinantinya justru menjadi saat-saat yang paling tidak diinginkannya seumur
hidupnya.
Kini
malam sudah semakin larut, taman semakin sepi, kekasih pujaan hatinya telah
pergi meninggalkannya tanpa alas an yang jelas, Sheila-pun pulang dan secara
kebetulan di perjalanan pulang, dilihatnya kerumunan orang di jalan tak jauh
dari taman itu.
Sebuah
bunga bertuliskan “Peringatan 1 tahun tragedi kecelakaan”, Heran Sheila melihat
apa yang dilihatnya dan memberanikan bertannya kepada seseorang di sana “Pak
maaf,ada apa ini?” ranya Sheila kepada laki-laki setengah baya yang tampak
sedih berdiri menatap hampa udara. “hari ini tepat 1 tahun kejadian kecelakaan
maut yang pernah terjadi disini” jawab lelaki itu.
Tak
jauh dari karangan bunga Sheila melihat sebuah papan bertuliskan nama-nama
korban kecelakaan yang meninggal pada peristiwa itu. Dan begitu terkejutnya
Sheila melihat nama Kevin Satria termasuk di dalam nama-nama korban
Sheila-pun
kaget sejadi-jadinya perasaannya saat itu galau, bercampur jadi satu, seluruh
bulu romanya berdiri merinding terharu seolah tidak percaya apa yang baru di
lihat dan di alamainya. Seakan-akan dunia ini ikut berakhir bersama hatinya.
Sheila-pun segera sadar akan apa yang baru di temuinya adalah arwah dari Kevin
kekasihnya yang meninggal tepat 1 tahun yang lalu di jalan tak jauh dari taman
tempat mereka berjanji bertemu.
Dengan
air mata yang menggelinang dan sisa tenaga yang dia miliki Sheila berlari
kembali ketaman tempat semula dia berada. Dengan rasa tidak percaya yang
dahsyat dengan rasa bersalah yang dalam, dan dalam cabikan luka dihatinya dia
berlari dan memungkiri takdir hidupnya.
Sesampainya
di taman tersebut, taman itu telah sepi, tak ada 1 orang-pun disana hanya ada
suara gemercik air di tengah taman, dan daun-daun yang bergesekan tertiup
angin, sheila hanya berdiri tepat ditengah taman itu, pandangannya penuh harap
menatap langit, “datanglah Kevin, datanglah padaku, katakan bahwa itu bohong,
katakan itu tidak benar” Seolah harapan itu ada Sheila menangis dan
berteriak-teriak, menepis kenyataan dan takdir yang telah memisahkannya,
selamanya tak bisa mendengar suaranya, tak bisa melihat wajahnya, tak bisa
melihatnya tertawa, tak bisa melihatnya hidup.
No comments:
Post a Comment